SikapAhmad dikategorikan sebagai perilaku tawadu. Ia tidak merasa sombong atas karunia kecerdasan. Justru ia merasa bahwa ilmu dan kecerdasannya belum apa-apa dibanding ilmu Allah Swt. Oleh karena itu, ia tidak tinggi hati dan memanfaatkan kecerdasannya untuk mem-bantu teman-temannya Berperilaku Tawadu dalam Keseharian
Pertama, wajib bagi seorang muslim untuk memperhatikan dan berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jangan sampai lisannya mengucapkan kalimat yang membahayakan dan tidak bermanfaat baginya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh lisan sangat mematikan, dan tidak ada sesuatu yang lebih membahayakan bagi seseorang melebihi lisannya. Allah berfirman, مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” Qaf 18 Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara barat.” HR. Al-Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 7406 Diriwayatkan dari Bilal bin Harits, dari Rasulullah shalllallahu alaihi wa sallam إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ “Sungguh salah seorang dari kalian akan mengatakan suatu ucapan yang diridlai oleh Allah dan ia tidak mengira akan balasannya, lalu Allah azza wajalla mencatatnya dalam keridlaan-Nya sampai Hari Kiamat. Dan sungguh, salah seorang dari kalian akan mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai oleh Allah dan ia tidak mengira akan akibatnya, lalu Allah mencatat dalam kemurkaan-Nya hari ketika bertemu dengan-Nya” Hadits riwayat At-Tirmidzi 2241 Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْ الْإِسْلَامِ فَإِنْ كَانَ كَاذِبًا فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَإِنْ كَانَ صَادِقًا لَمْ يَعُدْ إِلَى الْإِسْلَامِ سَالِمًا “Barangsiapa mengatakan, Aku berlepas diri dari Islam’, apabila ia berdusta maka berlaku seperti apa yang ia katakan, dan apabila berkata benar maka ia tidak akan kembali kepada Islam dalam keadaan selamat.” Hadits riwayat An-Nasa’i 3712 Kedua, jika seseorang berkata dengan kalimat yang tercela, kalimat yang mengandung penghinaan kepada Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya sedangkan ia tidak bermaksud untuk mengatakan hal tersebut atau ia membenci apa yang ia katakan, maka Allah mengampuninya karena ia tidak bermaksud untuk menghina. Allah berfirman, رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا “Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.” Al-Baqarah 286 Diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifary, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ “Sesungguhnya Allah membiarkanmengampuni kesalahan dari umatku akibat kekeliruan dan lupa serta keterpaksaan.” Hadits riwayat Ibnu Majah 2043 Berkata Imam Ibnu Hajar, “Ini adalah hadits yang mulia. Para ulama mengatakan bahwa hadits ini adalah setengah dari agama Islam. Satu buah perbuatan bisa dikerjakan karena kesukarelaan dan pilihan atau karena salah, lupa, dan keterpaksaan. Maka yang kedua ini adalah perbuatan yang dimaafkan menurut kesepakatan para ulama. Yang menjadi perbedaan di kalangan para ulama adalah bahwa yang dimaafkan adalah keburukannya saja, atau hukumnya saja, atau keduanya?” Fathul Bary 5/161 Ketiga, jika seseorang mengatakan perkataan yang mengandung hinaan kepada Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya, ia mengatakannya dengan penuh kesadaran walaupun tidak bermaksud untuk keluar dari agama Islam, maka ia dijatuhi sesuai dengan apa yang ia katakana. Allah berfirman, وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةًۢ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ مُجْرِمِينَ “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka tentang apa yang mereka lakukan itu, tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu lantaran mereka taubat, niscaya Kami akan mengazab golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” At-Taubah 65-66 Sungguh menghina Allah, Rasul, dan agama-Nya adalah perbuatan kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari agama. hal tersebut karena pokok dari agama adalah pengagungan terhadap Allah, agama-Nya, dan Rasul-Nya. Sedangkan menghina dari ketiganya menghilangkan pokok dari agama tersebut. Keempat, hal yang harus segera dilakukan adalah bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha. Bertaubatlah kepada Allah, jagalah lisan, dan menyesal pada setiap waktu. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, walaupun dosa yang dilakukan sangatlah besar. Sungguh Allah ta’ala menerima taubat dari seorang hamba. Allah berfirman, قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Az-Zumar 53 Wallahu A’lam bish Shawab Diterjemahkan dan diringkas dari Post Views 7
\n tidak sengaja menghina allah dalam hati
Semuadosa diampuni, termasuk dosa syirik, asalkan Bertaubat. Jadi, ayat di atas sama sekali tidak bermakna bahwa orang muslim bisa berakibat kafir selama-selamanya karena mengolok-ngolok. Ayat tersebut ditujukan pada orang kafir yang pura-pura jadi muslim. Adapun terkait seorang muslim yang berbuat dosa besar yg sudah disepakati ulama (seperti

MENCELA AGAMA ISLAM KARENA MARAH, SALAH UCAP ATAU TIDAK SENGAJATidak diragukan lagi istihza’ menghina agama Islam, menghina Allâh Azza wa Jalla , menghina Rasûlullâh, menghina al-Qur’an atau syari’at Islam adalah perbuatan dosa besar yang bisa menyeret pelakunya menjadi kafir dan dihukumi murtad. Namun, bagaimana jika ucapan penghinaan itu terucapkan dalam kondisi sangat marah atau terlontar karena salah ucap atau tidak bermaksud menghina? Apakah tetap dihukumi murtad?Berikut kami bawakan jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di DALAM KEADAAN MARAH Jika ucapan penghinaan itu terucapkan dalam kondisi sangat marah sehingga membuatnya tidak menyadari ucapannya bahkan tidak menyadari dimana dia sedang berada, maka ketika itu ucapannya tidak berkonsekuensi hukum. Orang ini tidak dijatuhi vonis murtad atau kafir. Karena ucapan itu terlontar begitu saja, tanpa ia sadari dan tanpa ada kesengajaan untuk mengucapkannya. Semua ucapan yang terlontar begitu saja tanpa diawali dengan keinginan dan kesengajaan, maka Allâh Azza wa Jalla tidak akan menyiksa orang yang berucap dengan sebab ucapannya itu. Allâh Azza wa Jalla berfirmanلَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌAllâh tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud untuk bersumpah, tetapi Allâh menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang disengaja untuk bersumpah oleh hatimu. dan Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun [Al-Baqarah/2225]Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirmanلَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَAllâh tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud untuk bersumpah, tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja QS. Al-Maidah/589Namun, jika seseorang merasa dirinya sudah mulai emosi dan marah, seyogyanya dia segera menurunkan tensi amarahnya dengan wasiat Rasûlullâh n ketika ada seseorang yang berkata kepada Beliau Shallallahu alaihi wa sallam , “Berilah wasiat kepadaku!” Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلاَ تَغْضَبْJanganlah kamu marah! Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengulangi beberapa kali, “Janganlah kamu marah!”Hendaklah dia menjaga dirinya, dengan memohon perlindungan kepada Allâh Azza wa Jalla dari segala bisikan syaitan yang terkutuk. Jika dia emosi dalam keadaan berdiri, segeralah duduk. Jika dia dalam posisi duduk, hendaklah segera berbaring. Jika emosi kian membara, lawanlah dengan berwudhu’.Langkah-langkah di atas bisa menghilang kemarahan dari seseorang. Jika tidak, penyesalanlah yang akan menghampiri. Betapa banyak orang yang didera rasa sesal yang begitu mendalam setelah melampiaskan kita semua senantiasa dalam perlindungan Allâh Azza wa Jalla .ISTIHZA TANPA TUJUAN MENCELA ATAU ISTIHZA KARENA SALAH UCAP Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya tentang orang yang tidak sengaja mencela agama atau salah ucap, antara hati dan lidahnya berbeda, beliau t menjelaskan, “orang yang mencela agama maka dia telah kafir, baik dia benar-benar memang sengaja mencela ataupun hanya sekedar untuk bergurau, kendatipun dia masih menganggap dirinya seoang Mukmin. Sejatinya dia sudah bukan Mukmin lagi. Bagaimana dia mengaku beriman kepada Allâh Azza wa Jalla , kitab-Nya, rasul-Nya dan agama-Nya sementara ia melakukan celaan terhadap agama-Nya?Bagaimana dia mengaku beriman, sementara lisannya mencela agama yang Allâh Azza wa Jalla jelaskan dalam firman-Nyaوَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًاDan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Mâidah/53]Allâh Azza wa Jalla juga berfirman tentang Islam iniوَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَBarangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali Imrân/385]Juga berfirmanإِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُSesungguhnya agama yang diridhai disisi Allâh hanyalah Islam. [Ali Imrân/319]Orang yang sengaja mengucapkan kata celaan terhadap agama ini, baik dia bersungguh-sungguh untuk mencela ataupun sekedar untuk bersenda gurau, maka dia telah kafir, keluar dari agama Islam. Dia wajib bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla .Alhamdulillah, agama ini telah sempurna, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًاPada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah/53]Agama ini juga merupakan karunia teragung dari Allâh Azza wa Jalla untuk para hamba-Nya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla di ada seseorang yang mencelanya, meskipun sekedar bergurau, maka dia dihukumi kafir. Dia wajib bertaubat, menarik diri dari semua yang dia perbuat dan kembali mengagungkan agama ini dalam hatinya, sehingga dia beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dengannya dan tunduk kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menjalankan syari’at agama mengenai orang yang salah ucap sabqun lisan, misalnya, dia ingin memuji agama ini, tapi dia salah ucap, justru yang terucap kalimat celaan, maka orang yang seperti ini tidak hukumi kafir. Karena dia tidak sengaja mengucapkan celaan itu, berbeda dengan orang yang sengaja mengucapkan kalimat celaan, meskipun untuk tujuan bergurau. Orang yang sengaja berucap ini sudah ada niatan dalam hatinya untuk mengucapkannya, sehingga hukumnya disamakan dengan orang yang memang benar-benar mencela. Sedangkan yang tidak sengaja berucap, tidak terbetik dalam hatinya untuk mengucapkannya, sehingga ketika terucap kata celaan, maka celaan itu tidak hadits shahih dijelaskan tentang sebuah kisahلَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِSungguh Allâh Azza wa Jalla lebih bahagia dengan taubat seorang hamba ketika dia bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla dibandingkan kebahagiaan yang dirasakan oleh seseorang yang sedang berada disebuah tanah tandus gurun, lalu hewan tunggangannya itu hilang, padahal bekal makanan dan minumannya berada pada hewan tersebut. Akhirnya ia berputus asa. Lalu dia mendatangi sebatang pohon, dia berbaring dibawah bayangan pohon tersebut dalam keadaan putus asa. Ketika dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba hewan tunggangannya yang carinya itu ada didekatnya. Melihatnya, dia bergegas memegang tali kekang hewan tunggangannya itu kemudian karena sangat bahagianya, dia mengatakan, “Wahai Allâh! Engkaulah hambaku dan akulah Rabbku.” Dia salah ucap karena saking gembiranya.”[1]Orang ini tidak disiksa, karena ucapan yang terlontar tidak sengaja diucapkan, terlontar begitu saja karena terlalu gembira. Ucapan seperti ini tidak membahayakan orang yang harus membedakan antara sengaja atau tidak sengaja mengucapkan dengan sengaja atau tidak sengaja menghina. Karena dalam masalah ini, para pencela itu terbagi menjadi tiga tingkatanOrang yang sengaja mengucapkan dan sengaja mencela. Ini dia berarti benar-benar mencela, sebagaimana celaan yang dilakukan para musuh Islam terhadap yang sengaja mengucapkan kalimat celaan tapi tidak bermaksud mencela, misalnya untuk tujuan candaan, bukan bermaksud mencela. Orang seperti ini hukumnya sama dengan orang yang pertama. Dia dihukumi kafir, karena apa yang dia lakukan itu adalah penghinaan dan yang tidak sengaja mengucapkan kalimat celaan, apalagi bermaksud mencela. Celaan yang keluar dari mulutnya, terlontar begitu saja, tanpa ada niatan mencela sama sekali. Orang yang seperti inilah yang tidak akan disiksa karena ucapannya yang terlontar. Allâh Azza wa Jalla berfirmanلَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌAllâh tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud untuk bersumpah, tetapi Allâh menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang disengaja untuk bersumpah oleh hatimu. dan Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun [Al-Baqarah/2225]TAUBAT ORANG YANG MELAKUKAN PENCELAAN Perbuatan istihzâ’ pencelaan terhadap agama Allâh Azza wa Jalla , atau mencela Allâh dan Rasul-Nya atau mencela dua-duanya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan pelaku murtad keluar dari agama Islam. Namun meski demikian, kesempatan bertaubat tetap terbuka bagi orang yang melakukan penistaan tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirmanقُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُKatakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Az-Zumar/3953]Jika seseorang yang telah melakukan perbuatan apa saja yang bisa menyebabkan dia murtad lalu dia bertaubat dengan taubat nasuha yang memenuhi lima syarat, maka taubatnya akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla .Lima syarat taubat itu adalah Pertama; Ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla dalam taubatnya. Maksudnya, yang mendorong dia untuk bertaubat itu bukan riya’ supaya dilihat orang, sum’ah supaya didengar orang, bukan pula karena takut kepada makhluk ataupun mengharapkan dunia. Jika dia mengikhlas taubatnya untuk Allâh Azza wa Jalla dan yang mendorongnya untuk bertaubat adalah ketakwaannya kepada Allâh Azza wa Jalla , takut terhadap siksa-Nya dan keinginan untuk meraih pahala dari-Nya, itu berarti dia benar-benar telah Menyesali perbuatan dosa yang telah dia lakukan. Dia mendapati rasa sesal dan perasaan sedih yang mendalam atas perbuatan buruk yang telah dia lakukan dan menganggapnya sebagai sebagai kesalahan besar yang harus dia singkirkan dari Berhenti dari perbuatan dosa, yaitu dengan tidak melanjutkan perbuatan dosa perbuatan dosa itu berupa perbuatan meninggalkan kewajiban, maka dia harus bergegas melakukan kewajiban tersebut dan berusaha mengganti yang telah lewat, jika perbuatan dosa itu berupa melakukan perbuatan yang diharamkan, maka dia harus berhenti dan menjauhkan diri perbuatan dosa itu terkait dengan hak sesama manusia, maka dia harus menunaikan hak itu atau meminta kerelaan orang yang memiliki hak itu untuk Bertekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu di masa-masa yang akan Taubat itu dilakukan saat pintu taubat masih terbuka. Jika pintu taubat sudah tertutup, artinya masanya sudah terlewatkan, maka taubatnya tidak akan diterima. Tertutupnya pintu taubat itu ada dua; ada yang bersifat umum dan bersifat bersifat umum yaitu ketika matahari terbit dari arah barat. Ketika itu terjadi, maka taubat dari siapapun tidak akan diterima. Allâh Azza wa Jalla berfirmanهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًاYang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka untuk mencabut nyawa mereka atau kedatangan siksa Rabbmu atau kedatangan beberapa ayat Rabbmu beberapa tanda kedatangan hari kiamat. Pada hari datangnya ayat tanda kiamat itu dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. [Al-An’am/6158]Sedangkan yang bersifat khusus yaitu ketika ajal telah datang. Ketika kematian sekaratul maut mendatangi seseorang, maka taubatnya ketika itu tidak bermanfaat sama sekali. Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًاDan tidaklah taubat itu diterima oleh Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan, Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. [An-Nisa’/418]Menurut syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah , sesungguhnya jika seseorang bertaubat dari dosa apa saja, meskipun itu dosa akibat mencela agama, maka taubat akan diterima, jika telah memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di bermanfaat[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] HR. Muslim, no. 2747 Home /A5. Penghina Agama dan.../Mencela Agama Islam Karena...

Pertama qolbun salim yakni hati yang selamat. Hati yang dipenuhi dengan keimanan pada Allah. Hati ini selalu menjaga keikhlasan dan tawakal pada-Nya. Ia bersih dari segala kesyirikan yang dimurkai Allah. Hati yang selamat selalu terjaga kedekatannya dengan Sang Pencipta. Ia tak tenang bila jauh-jauh dari-Nya.
Pertanyaan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ustad,Saya Ingin Bertanya... Menjelang Bulan Ramadhan Ini Saya Ingin Memperbaiki Diri...Tetapi Saya Mengalami Keluhan Seperti Hati Saya Mencela Allah Dan Rasul Nya dan Mencela Agamanya...Dan Yang Paling Saya Takutkan Pikiran Saya Dan Hati Saya Menghina Allah Mengganggu Saya Pada Saat Sholat,Berwudhu,Dan Melakukan Aktifitas Sehari Hari. Padahal Saya Takut Itu Terlontar Apa Yang Ada DiDalam Hati Saya. Dan Saya Selalu Merasa Bahwa Saya Mengucapkan Kata Kata Menghina Allah Apa Yang Ada DiPikiran Saya Dan Dalam Hati Saya...Padahal Saya Takut Sekali Itu Terucap Lewat Mulut Secara Tidak Sengaja...Apakah Saya Sangat Berdosa,Apakah Saya Telah Melakukan Dosa Kufur???mohon jawabannya Ustad Saya Takut Sekali Itu Terjadi- Muhammad Riduan Ilham Banjarmasin Jawaban wa alaikum salam Niat Saudara untuk memperbaiki diri bisa terus dilaksanakan. Adapun apa yang ada pikiran dan hati berupa mencela dan menghina Allah tidak perlu membuat risau. Karena Allah tidak menghitungnya sebagai satu kesalahan, selama hal tersebut tidak diucapkan lewat lesan atau diungkapkan dalam perbuatan. Rasulullah saw bersabda إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي ، مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا ، مَا لَمْ تَعْمَلْ ، أَوْ تَتَكَلَّمْ “Sesungguhnya Allah mengampuni dari umatku apa yang dia bicarakan dalam hati, selama tidak dia lakukan atau bicarakan.” HR. Bukhari Jika Saudara merasa takut dan khawatir pernah pernah menghina Allah tanpa sengaja lewat ucapan dan lainnya, maka untuk menenangkan hati sebaiknya melakukan taubat kepada Allah swt. Dengan cara menyesali dosa yang pernah dilakukannya, melepaskan diri dan menjauhi dosa tersebut , dan bertekad tidak akan mengulanginya kembali. Sesungguhnya Allah maha menerima taubat hamba-hambanya. Allah berfirman قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 53 وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ 54 “Katakanlah “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.” QS. Az Zumar 53-54 Janganlah karena khawatir akan kesalah kepada Allah membuat Saudara berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah,Dia melarang hamba-hambanya dari berputus asa dari rahmatNya. Rasulullah bersabda عن بن مسعود قال أكبر الكبائر الإشراك بالله والأمن من مكر الله والقنوط من رحمة الله واليأس من روح الله “Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa di antara dosa besar yang terbesar adalah berbuat syirik pada Allah, merasa aman dari murka Allah dan merasa putus asa dan putus harapan dari ampunan Allah.” HR. Abdurrozaq. Wallahu alam bishowab. asy- Amin Syukroni, Lc
Berikutadalah dalil-dalil Al-Quran agar tidak menyakiti hati orang lain. Mencaci Maki Akan di Balas di Neraka "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain.
Sebagai saudara, teman atau tetangga, biasanya jika ada yang melahirkan maka berbondong-bondong lah kita untuk datang dan mengucapkan selamat. Karena anak karunia Allah dan sekaligus tertitip harapan di hati semoga menjadi orang yang shalih dan sholeha. Menimang sang bayi dan mendo’akannya. Merupakan kebiasaan yang baik. Tapi kadang perbuatan baik tersebut ternodai dengan kata maksudnya hanya canda yang tidak seharusnya keluar dari mulut kita. “Kok anaknya jelek? Tidak seperti ibunya.” Atau kata, “ Anaknya cakep, ayahnya jelek, keturunan darimana ini?” Atau, “hidungnya mancung, tapi…” Banyak lagi kata yang biasanya ditanggapi dengan senyum atau tertawa yang menandakan, bahwa yang disinggung tak merasa itu sebuah kejelekan. Karena memang kata-kata itu sepertinya sudah lumrah untuk dikatakan oleh sebagian orang setiap bertemu dengan anak-anak. Tak ada masalah, karena yang melempar dan dilempar kata sama-sama maklum. Padahal siapa sih yang ingin jelek? Semua orang pasti ingin berwajah cantik atau ganteng. Ingin postur tubuh atau secara fisik sesuai dengan standar apa yang berlaku di mata kita. Tidak ada yang ingin dikatakan jelek atau kurang baik. Apa yang ada di tubuh kita atau bentuk apa pun yang kita miliki inginnya itu lah yang terbaik nilainya di hadapan orang lain. Tapi kita sebagian orang sering kali terlupa, bahwa apa pun yang kita punyai atau pun orang lain miliki, semuanya adalah diciptakan sesuai dengan “kemauan” sang Pencipta tubuh kita. Kita tidak berhak memberi nilai minus untuk setiap ciptaan-Nya. Karena semuanya pasti ada hikmah yang tersembunyi. Mari kita buka kembali lembaran suci Al-Qur’an dan lihat lah firman Allah Swt. pada surah Al-At-Tiin ayat 4 , “ Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah sendiri memuji ciptaan-Nya dan kita sebagai hamba yang sering kali membacanya, tapi kadang lupa dengan terpleset lidah. Kita tak menyadari, sedikit demi sedikit hal negatif dari lingkungan kita tertanam di otak, dan menyadari itu ada hal yang wajar. Alias semuanya tahu, itu hanya canda. Padahal canda atau apapun kata yang dikeluarkan dengan tujuan membuat segar suasana, tidak seharusnya kita menghina Allah walau tak menyadari . Walau lingkungan menganggap itu biasa, tapi bagi kita yang beriman, tidak seharusnya terikut arus “pembiasaan” . Karena perbuatan itu tak seharusnya turut kita lakukan. Dan perbuatan yang kurang terpuji itu, bila sangat memungkinkan harus kita “cerahkan” dengan memberikan alasan yang bisa mereka terima dengan baik. “.. saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”. Al-Ashr – ayat 3 Sengata, Halimah Taslima Forum Lingkar Pena FLP Cab. Sengata [email protected]
SANTUNDAN TAHAN EMOSI Dalam hidup ini kita sering terpancing untuk emosi. Ada orang yang secara sengaja memancing emosi kita supaya keluar kata-kata yang tidak baik, konsentrasi menjadi kacau lalu melakukan tindakan yang tidak terpuji. Tapi masih banyak orang yang tanpa sengaja memancing emosi kita. Seorang yang memancing emosi disebut orang yang jahil (bodoh) meskipun Apakah hukum was-was dengan kewujudan Tuhan dan kebenaran agama Islam? Dalam artikel ini, saya melampirkan jawapan yang pernah dijawab oleh Ustaz Azhar Idrus dihalaman facebook beliau. Semoga bermanfaat SOALANApakah hukumnya jika datang dalam hati rasa ragu atau was-was tentang Tuhan atau agama Islam sedangkan kita bukan sengaja nak fikir seperti itu?Adakah boleh mensyirikkan kita kerana kerap juga ada terlintas seperti itu? JAWAPANLintasan yang bukan disengajakan yang menjadikan seorang itu teragak-agak atau ragu tentang Tuhan contohnya atau tentang kebenaran agama Islam dan yang seumpamanya adalah datang dari was-was syaitan yang disebut sebagai khatir syayatin. Orang yang datang lintasan seperti itu tidak berdosa dan tidak diambil kira dengannya dan ia tidak menyebabkan seorang itu kufur kerana bukan kesengajaan darinya hanya ia cubaan syaitan untuk merosakkan iman orang Islam. Berkata Syeikh Nawawi Perkara kufur yang berlaku sebagai was-was di dalam hati seseorang itu tidak mengkufurkannya kerana sungguhnya was-was itu bukanlah azam seseorang. Maka was-was tersebut adalah setengah dari perkara yang diuji akan seseorang yang mengalaminya.” Kitab Mirqatul Su’ud At-Tasdiq Hendaklah orang yang diwas-waskan dengan keraguan seperti itu selalu ingat akan Allah dan membaca isti’azah ketika datang was-was dan elakkan dari melayan was-was tersebut kerana syaitan suka seorang itu berbicara dengannya. Wallahua’lam Ustaz Azhar Idrus Sumber asal kepada jawapan ini boleh dilihat pada Facebook Ustaz Azhar Idrus pada pautan ini Suka Apa Yang Anda Baca? Daftarkan nama dan email anda untuk mendapatkan panduan dan perkongsian berkualiti terus ke inbox anda secara PERCUMA! Jumat 17 Juni 2022 KASIH DAN PENGAMPUNAN DALAM KELUARGA "Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga". Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati
Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang. Al-qur’an adalah cerminan dari akhlak Rasulullah. Di dalam al-qur’an terdapat salah satu akhlak Rasulullah yaitu mengucapkan kata-kata yang baik dalam berhubung sosial atau sesama orang lain. Rasulullah pun mengajarkan agar kita tidak mencela agama lain dan saling ini menjadi sebuah peringatan bagi kita semua khususnya dengan banyaknya dai-dai muda yang terkadang secara sengaja maupun tidak sengaja menjelekkan agama lain dalam تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan” QS Al-An’am 108.Dalam ayat ini, Al-Qur’an mengajak umat Islam menunjuk akhlak terpuji. Diantara seruan Al-Qur’an adalah meninggalkan mencaci agama lain. Dalam islam menghina tuhan agama lain merupakan suatu hal yang sangat dilarang. Karena dapat menimbulkan kerusakan yang besar. Bukan hanya untuk dirinya sendiri namun juga terhadap Allah SWT. Karena islam mengajarkan kita untuk saling menghormati. Berikut penjelasan Muhammad ath-Thanthawi menafsirkan“Wahai orang beriman, janganlah kalian mencaci sesembahan orang-orang yang menyekutukan Allah, karena tentunya mereka akan mencaci agama kalian yang benar sebab ketidaktahuan mereka atas agama kalian”.Ulama ahli tafsir dari Tunisia yang lahir pada 1296 H atau 1879 M, bernama Syekh Ibnu Asyur, sudah mensinyalir ada diantara Kaum Muslimin yang bermaksud membela Islam tapi kebablasanﻭﺇﻧﻤﺎ ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻟﻐﻴﺮﺗﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﻹﺳﻼﻡ ﺭﺑﻤﺎ ﺗﺠﺎﻭﺯﻭا اﻟﺤﺪ ﻓﻔﺮﻃﺖ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﺮﻃﺎﺕ ﺳﺒﻮا ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺻﻨﺎﻡ اﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ“Umat Islam -karena semangatnya terhadap Islam, terkadang di antara mereka melewati batas hingga kebablasan, mereka pun mencaci maki tuhan-tuhan orang yang menyembah selain Allah. ﺭﻭﻯ اﻟﻄﺒﺮﻱ ﻋﻦ ﻗﺘﺎﺩﺓ ﻗﺎﻝ ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺃﻭﺛﺎﻥ اﻟﻜﻔﺎﺭ ﻓﻴﺮﺩﻭﻥ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻨﻬﺎﻫﻢ اﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺴﺒﻮا ﻟﺮﺑﻬﻢ»“Thabari meriwayatkan dari Qatadah bahwa dahulu orang-orang Islam mencaci maki tuhan-tuhan orang kafir, maka mereka membalasnya. Kemudian Allah melarang mencaci maki mereka agar tidak membalas.At-Tahrir wa Tanwir 3/428 Ayat tersebut adalahوَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” QS Al Anam 108 .Alasan Dilarang Menghina Agama LainAlasan untuk kita tidak menghina agama lain adalah karena perbuatan tersebut merugikan diri kita sendiri. Tentunya sangat merugikan bagi umat islam. Yang mana agama lain akan membalas dengan mencaci agama Islam. Sementara Al-Qasimi memahaminya bahwa selama ditakutkan non muslim akan mencaci Allah, Rasulullah, dan Al-Qur’an. Maka wajib bagi orang Islam untuk tidak mencaci sesembahan non muslim beserta itu, mufasir lainnya seperti As-Suyuthi berpendapat dalam Al-Asybah Wa Nadhair bahwa amar makruf nahi munkar dapat gugur ketika perbuatan tersebut justru mengakibatkan marabahaya yang lebih besar. Laranan memaki agama lain diturunkan karena makian akan berbuah makian pula. Ayat tersebut menjelaskan, “karena mereka nanti akan memaki Allah”.Ibnul Qoyyim dalam I’lamul Muwaaqi’in menjelaskan ayat di atas“Allah melarang kita mencela tuhan-tuhan orang musyrik dengan pencelaan yang keras atau sampai merendah-rendahkan secara terang-terangan karena hal ini akan membuat mereka akan membalas dengan mencela Allah. Tentu termasuk maslahat besar bila kita tidak mencela tuhan orang kafir agar tidak berdampak celaan bagi Allah sesembahan kita. Jadi hal ini adalah peringatan tegas agar tidak berbuat seperti itu, supaya tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih parah.”Toleransi IslamIslam merupakan agama toleran. Sikap muslim terhadap kaum kafir nonmuslim sangat jelas“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” QS Al-Kafirun 6Salah satu manfaat toleransi dalam islam adalah terhindar dari permusuhan atau perpecahan. Agar kita dapat mewujudkan hidup damai dan kita dapat meningkatkan kualitas iman kita. Dan kita dapat mencerminkan kemuliaan agama yang berdakwah, Islam memberikan panduanادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” QS. An Nahl 125.Prinsip Nabi Saw dalam berdakwah adalah dengan lemah lembut dengan madh’u orang yang didakwahi walau mereka orang Arobi pernah berbicara tentang ayat berikut ini, Allah Ta’ala berfirmanوَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik” QS. Al Ankabut 46.Kesimpulan PembahasanDemikian pembahasan tentang hukum mengina agama lain. Dan mengapa islam dilarang keras untuk menghina agama lain. Selain islam memiliki kewajiban untuk saling menghormati. Islam pun menjaga kemuliaan untuk Allah SWT. Larangan ini juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan besar antar kita harus pintar memilah agar tidak saling menyakiti meskipun kita berbeda Agama. Kita wajib menanamkan toleransi sesama beda agama. Jika kita telah menjalankan tugas seperti yang diwajibkan didalam Al-Qur’an, maka hidup kita akan tenang, nyaman dan saling menyayangi sesama makhluk hidup.
Hatinyaselalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam setiap keadaan. 16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Jawaban وعلسكم السلام ورحمة الله وبركاته Saudara Mr Fikri yang dirahmati ALLAH SWT Anda sedang was-was. Dibisiki syetan. Semoga Anda selalu dijaga ALLAH Yanga Maha Perkasa. Lakukan dengan sungguh-sungguh 1, Tidak peduli Obat yang paling mujarab untuk menghilangkan was-was adalah sikap tidak peduli. Tidak mengambil pusing setiap keraguan yang muncul. 2, Bersikap kebalikannya Bentuk tidak mempedulikan perasaan was-was dalam hati adalah dengan mengambil sikap kebalikannya. Ini sebagaimana yang disarankan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dalam hadis dari Abbad bin Tamim, dari pamannya, bahwa ada seseorang yang pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang penyakit was-was yang dia alami. Dia dibayangi seolah-olah mengeluarkan kentut ketika shalat. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا “Janganlah dia membatalkan shalatnya, sampai dia mendengar suara kentut atau mencium baunya.” HR. Bukhari 137 dan Muslim 361. 3. Terus hadapi dengan shabar Untuk bisa menghilangkan penyakit was-was ini, tidak mungkin hanya dilakukan sekali. Perlu banyak latihan dan bersabar untuk selalu cuek dengan keraguan yang muncul. Sampai gangguan itu betul-betul hilang. Al-Iz bin Abdus Salam dan ulama lainnya juga menjelaskan sebagaimana yang telah aku sebutkan. Mereka menyatakan, “Obat penyakit was-was hendaknya dia meyakini bahwa hal itu adalah godaan setan, dan dia yakin bahwa yang mendatangkan itu adalah iblis, dan dia sedang melawan iblis. Sehingga dia mendapatkan pahala orang yang berjihad. Karena dia sedang memerangi musuh Allah. Jika dia merasa ada keraguan, dia akan segera menghindarinya..” Anda yang mengidap was-was sedang berada dalam ujian. Jika perjuangan melawan godaan ini disertai perasaan ikhlas karena Allah dan mencontoh sunah Nabi shallallahu alaihi wa sallam seperti hadis di atas maka insyaaAllah nilainya pahala. 4. Banyak berlindung dari godaan setan Karena godaan ini bersumber dari setan, obat yang tidak kalah penting, banyak berlindung dari godaan setan. Dari sahabat Utsman bin Abul Ash, bahwa beliau mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengadukan, Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menghalangi aku dengan shalatku tidak bisa khusyu, dan bacaan shalatnya sampai keliru-keliru.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا “Itulah setan, namanya Khanzab. Jika engkau merasa sedang digoda setan maka mintalah perlilndungan kepada Allah darinya, dan meludahlah ke arah kiri 3 kali.” HR. Muslim 2203. Utsman mengatakan, Aku pun melakukan saran beliau dan Allah menghilangkan gangguan itu dariku.’ Salah satu diantara usaha melindungi diri dari setan adalah merutinkan dzikir pagi dan sore. Karena salah satu keutamaan merutinkan dzikir ini adalah perlindungan dari semua godaan setan. Coba rutinkan dzikir al ma'tsurat yang disusun oleh Hasan Al Banna pagi dan sore. Semoga ALLAH memperkuat pertahanan iman anda dan selalu dalam hidayahNYA WaLLAHU a'lam- Selamet Junaidi
Ibrani10. 10:1 Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan n saja dari keselamatan o yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. p Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan 1 , hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan q mereka yang datang mengambil bagian r di dalamnya. 10:2
Seluruh umat Islam tidak memiliki perbedaan pendapat mengenai mencela Allah merupakan kufur dan orang yang sudah mencela serta menghina Allah subhanahu wa ta’ala hukumnya adalah dibunuh. Hal yang menjadi bahan perdebatan adalah diterima atau tidaknya pertaubatan yang dilakukan, apakah pertaubatan tersebut menghalangi hukuman pancung atau tidak dan sebagainya. Dalam hal ini, para ulama memiliki dua pendapat yang paling dikenal. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai hukum menghina Allah dalam terkaitBersumpah Dalam IslamFitnah Dalam IslamSyirik Dalam IslamPamer Dalam IslamSifat Sombong Dalam IslamMencela dan Menghina Adalah Jenis Menyakiti TerbesarAllah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan mela’natinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. * Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” QS. al-Ahzab57-58Menyakiti atau menghina Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal ini tidak berarti membahayakan Alaah, namun menyakiti yang dibagi menjadi dua jenis berbeda yaitu menyakiti yang membahayakan dan juga menyakiti yang tak membahayakan dan juga tidak ada sesuatu hal apapun juga yang bisa membahayakan Allah subhanahu wa ta’ sebuah hadits qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ““Wahai hamba-hamba -Ku, sesungguhnya kalian tidak akan bisa membahayakan -Ku lalu kamu membahayakan -Ku dan seterusnya…”Allah subhanahu wa ta’ala juga sudah mengutuk bagi orang yang menyakiti atau menghina-Nya meskipun di dalam hati untuk di dunia dan juga di akhirat. La;n atau kutukan merupakan pengusiran hamba daripada rahmbat dan ayat tersebut memperlihatkan atas dijauhkannya ia dari dua rahmat yakni rahmat dunia dan juga di akhirat sementara yang tak terusir dari dua rahmbat tersebut kecuali orang yang kafir pada Allah subhanahu wa ta’ hal tersebut sudah sangat jelas jika Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan sesudah itu orang yang menyakiti orang beriman, pria dan wanita dan tidak menyebutkan kutukannya dalam dunia dan juga akhirat, sebab manusia tidak dianggap sebagai kafir apabila saling menghina dan menyakiti antara satu sama lain dengan cara mengutuk, menuduh, mencela dan sesungguhnya ia adalah tuduhan dan menghina Allah subhanahu wa ta’ala merupakan kufur diatas kekufuran dan ia ada diatas kekafiran dari para peyembah berhala sebab penyembah berhala mengagungkan batu karena mereka mengagungkan Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka ini tidak menurunkan keagungan dari Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mereka menyamakan diri-Nya dengan batu dan sesungguhnya mereka juga meninggikan derajat batu sehingga menyamai Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu, orang kafir berkata sesudah mereka masuk dalam neraka.“Demi Allah sungguh kita dahulu di dunia dalam kesesatan yang nyata, * karena kita mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam”. terkaitSifat Marah Dalam IslamRamalan Menurut IslamHukum Mendengarkan Musik Dalam IslamHukum Onani Menurut IslamHukum Merokok Dalam IslamSiapapun orang yang menghina Allah subhanahu wa ta’ala, berarti ia sudah menempatkan Allah subhanahu wa ta’ala pada derajat dibawah batu dengan mencela-Nya, sementara orang musyrik tidak mencela sembahan mereka meskipun sambil bermain sebab mereka mengagungkan-Nya dan oleh karena alasan inilah mereka mencela orang yang janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.. QS. al-An’aam108Para Ulama sudah sepakat jika orang yang mencela Allah subhanahu wa ta’ala akan dihukum dengan cara dibunuh sebab ia sudah kafir dan tidak dianggap lagi sebagai seorang muslim sesudah dihukum bunuh. Ini mengartikan jika seorang muslim tidak akan dishalati, tidak akan dimandikan, tidak akan dikafani dan tidak akan dikuburkan dalam kuburan muslim dan juga tidak ada seorang pun yang boleh mendoakan sebab ia bukan lagi seorang ada seseorang yang menghina Allah maka wajib hukumnya untuk dibunuh serta tidak perlu lagi diminta untuk melakukan pertaubatan terlebih dulu, sebab jika ia sudah benar – benar bertaubat maka ini menjadi urusan batinnya dengan Allah subhanahu wa ta’ala saat nanti ia akan menghadap-Nya. Apakah nanti Allah subhanahu wa ta’ala akan menetapkan keadilan-Nya atau memberi pengampunan-Nya. Adapun seseorang yang menghina lalu segera melakuan pertaubatan sekaligus memperlihatkan taubatnya sebelum diketahui dan ditangkap, maka taubatnya bisa diterima sebab sudah terjadi kejujuran yang terihat dari ini sama halnya dengan orang kafir yang sudah masuk ke dalam Islam secara ikhlas meski sebelumnya mereka sudah mengaku jika mereka sudah menghina Allah subhanahu wa ta’ala. Menghina atau mencela Allah subhanahu wa ta’ala sendiri dibedakan menjadi dua macam yakni mencela atau menghina secara langsung seperti menghina, meremehkan, melaknat dan mencemooh Dzat-Nya dan mencela atau menghina secara tidak langsung seperti mencela ciptaan dan juga makhluk Allah yang sudah diatur sendiri oleh-Nya dan tidak ada campur tangan makhluk lain didalamnya seperti mencela waktu, zaman, bulan, menit, hari, bintang dan peredarannya dan terkaitHukum Suami Tidak Menafkahi Istri Dalam IslamHukum Anak Tiri Dalam Islam dan KedudukannyaHukum Khitan Bagi PerempuanHukum Memelihara JenggotHukum Memakai JilbabPenjelasan Para Ulama KhilafBerikut penjelasan dari para ulama terkait hukum menghina Allah SWT di dalam hati, antara lainMenurut Imam Malik dan juga Laits bin Sa’id, jika orang tersebut tidak diterima taubatnya, maka hal ini konsekuensinya sama dengan konsekuensi seseorang yang sudah menghina Rasul SAW dan sudah wajib hukumnya untuk di Abi Ya’la Saif Abi Ja’Far dan juga Ibnu Uqail berkata jika seseorang yang sudah menghina dan mencaci Allah, maka sudah wajib hukumnya untuk diminta atau diperintah untuk melakukan pertaubatan. Apabila ia melakukan taubat maka taubat tersebut akan diterima sebab kedudukannya serupa dengan kafir biasa atau masuk ke dalam bentuk murtad yang masih dapat dhapuskan dengan jalan taubat.“Penjelasan ulama kedua ini berdasarkan dari ayat di dalam surat Al Maidah ayar 74, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, bahwasannya Allah itu salah satu dari tuhan tuhan yang tiga trinitas…hingga firman Allah…Maka, mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya?”. QS. Al Maidah 73-74.Artikel terkaitHukum Semir Rambut Warna HitamHukum Minum Alkohol Tidak SengajaHukum Menyikat Gigi Saat Puasa Hukum Wanita BercadarHukum Mencukur Alis Dalam IslamHadits Tentang Menghina Allah Dalam HatiApabila seseorang sengaja mencela Dzat yang sudah menciptakan dan mengatur peredaran baik dalam hati ataupun diungkapkan, maka ada dalam sebuah hadits dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu yang berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda , “Allah ta’ala berfirman Anak adam menyakiti-Ku dengan ucapannya Sungguh zaman membinasakanku, maka janganlah kalian mengucapkan Sungguh zaman membinasakanku, sesungguhnya saya Pencipta zaman, membolak-balikkan malam dan siangnya, dan jika Aku berkehendak maka Aku akan menghentikannya”.Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. QS At-Takwir 29.“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. QS At-Takwir 40“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan” QS Az-Zumar 67“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. QS Al-Ahzab 57-58.Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Mencaci-maki Allah Ta’ala dan rasul-Nya adalah tindakan kufur secara lahir dan batin, entah pelakunya itu masih percaya bahwa tindakannya itu haram, benar-benar menghalalkannya, ataupun karena lalai.”Ibnu Rahawaih Rahimahullah berkata, “Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa orang yang mencaci Allah Ta’ala dan rasul-Nya adalah kafir, meskipun dia masih percaya kepada kitabullah Al-Qur`an.”Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya terhadap orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan adzab yang menghinakan bagi mereka. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” QS. Al-Ahzaab 57-58Ibnu Quddamah Rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mencaci Allah Ta’ala, maka dia telah kafir, baik itu dilakukan dalam keadaan bergurau atau tidak.”Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…”QS. At-Taubah 65-66Artikel terkaitHukum Menyambung RambutHukum Membaca Yasin di KuburanHukum Zina TanganHukum Mengeluarkan Air Mani Dengan SengajaRiya Dalam IslamMenghina agama Islam, menghina agama Allah Ta’ala, menghina Allah Ta’ala dari Rasul-ya merupakan tindakan yang mampu mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita semua menghindari dan menjauhi sikap yang demikian supaya tidak mendapat dosa dan mendapatkan siksa.
I Penyangkalan terhadap keberadaan Allah. 1) Practical Atheist / Atheis praktis. Ini adalah orang yang sekalipun sebetulnya percaya bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak ada (bdk. Roma 1:21). Mereka tidak berbakti kepada Allah ataupun memuliakan Allah, sebaliknya mereka hidup untuk dunia dan dirinya sendiri.
Pertanyaan Assalamuallaikum Saya ingin dapat pencerahan , karna saya merasa takut luar biasa , tanpa sengaja ada pikiran tak pantas menghina Allah SWT 😭 saya takut sekali , seperti mengumpat lalu hilang muncul lagi , hilang lagi , saya sampai menangiss , tolong , saya harus bagaimana dan kenapa bisa terjadi hal mengerikan ini , terimakasih - Lulu Jogja Jawaban silahkan konsulatsi langsung ke 081703357795- Amin Syukroni, Lc .
  • vph8v83b8y.pages.dev/823
  • vph8v83b8y.pages.dev/562
  • vph8v83b8y.pages.dev/681
  • vph8v83b8y.pages.dev/48
  • vph8v83b8y.pages.dev/52
  • vph8v83b8y.pages.dev/545
  • vph8v83b8y.pages.dev/412
  • vph8v83b8y.pages.dev/720
  • vph8v83b8y.pages.dev/352
  • vph8v83b8y.pages.dev/935
  • vph8v83b8y.pages.dev/705
  • vph8v83b8y.pages.dev/221
  • vph8v83b8y.pages.dev/367
  • vph8v83b8y.pages.dev/359
  • vph8v83b8y.pages.dev/397
  • tidak sengaja menghina allah dalam hati